Minggu, 20 Januari 2013
Sabtu, 19 Januari 2013
TUGAS PROPOSAL
PENINGKATAN
KEMAMPUAN MENANGGAPI DAN MEMBERIKAN SARAN SUATU PERISTIWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
EXAMPLE NON EXAMPLE PADA SISWA KELAS V SDN KAWEDANAN 02 MAGETAN
PROPOSAL
Oleh :
FEBRIANA
WULANDARI
NPM.
09.141.083 / 7C
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Ditemukan fakta bahwa siswa kelas V SDN Kawedanan 2
masih menemui kesulitan belajar dalam memberikan tanggapan dan saran pada suatu
peristiwa. Jelas terlihat dari hasil tes akhir pembelajaran menunjukkan bahwa:
hanya ada 10 siswa (21%) yang kemampuan menanggapi dan memberikan saran suatu
peristiwa mencapai nilai antara (75-100); terdapat 30 siswa (63%) mencapai
nilai 50-75 dan 7 siswa (16%) memperoleh nilai dibawah 50. Padahal nilai
ketuntasan minimal SDN Kawedanan 2 adalah 75.
Dalam pembelajaran sehari-hari, guru sudah
menjelaskan cara menanggapi dan memberikan saran suatu peristiwa serta
memberikan pekerjaan rumah bagi siswa kelas V. Akan tetapi kemampuan siswanya
tetap saja belum dapat meningkat. Pada saat pembelajaran siswa juga telah
diberi kesempatan bertanya tetapi juga sedikit sekali yang mengajukan
pertanyaan. Saat guru memberi pertanyaan siswa juga kurang aktif dalam
menjawab.
Akar penyebab rendahnya penguasaan menanggapi dan
memberikan saran suatu peristiwa karena guru kurang tepat dalam memilih model
pembelajaran. Secara teoritik, siswa SD lebih suka mengamati gambar daripada
materi yang berupa tulisan saja, sementara ini siswa hanya diajar dengan
tulisan dan gambar yang ada dibuku paket saja. Keadaan tersebut yang menjadikan
siswa mengalami kesulitan dalam belajar memberikan saran dan tanggapan.
Pembelajaran menanggapi dan memberikan saran suatu peristiwa, seharusnya siswa
diberikan peristiwa yang sesuai dengan berita yang berkembang saat ini melalui
model pembelajaran examples non examples. Dimana model pembelajaran ini
menyajikan kasus atau peristiwa berupa gambar yang relevan dengan kompetensi
dasar.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
peneliti berupaya meningkatkan kemampuan siswa kelas V dengan judul “Peningkatan
Kemampuan Menanggapi Dan Memberikan Saran Suatu Peristiwa Melalui Model
Pembelajaran Example Non Example Pada
Siswa Kelas V SDN Kawedanan 02 Magetan.”
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
masalahnya dapat di identifikasi sebagai berikut:
a. Masih
banyak siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar, karena guru
kurang tepat dalam menggunakan model pembelajaran.
b. Untuk
peningkatan kemampuan menanggapi dan memberikan saran suatu peristiwa pada
siswa kelas v sdn kawedanan 02 magetan melalui model pembelajaran example non example.
C.
Rumusan
Masalah Dan Pemecahannya
Dari latar belakang
masalah diatas maka rumusan masalahnya adalah:
- Bagaimana penerapan model pembelajaran example non example untuk meningkatkan kemampuan menanggapi dan memberikan saran suatu peristiwa pada siswa kelas V SDN Kawedanan 02 Magetan?
- Apakah penerapan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan kemampuan menanggapi dan memberikan saran suatu peristiwa pada siswa kelas V SDN Kawedanan 02 Magetan?
Tindakan yang sesuai
dengan pemecahan masalah:
Untuk memecahkan masalah rendahnya keaktifan dan
kemampuan menanggapi dan memberikan saran suatu peristiwa pada siswa kelas V
SDN Kawedanan 02 Magetan, akan dilakukan penerapan pembelajaran dengan model
pembelajaran examples non examples. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
- Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD proyektor
- Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/ menganalisa (menanggapi dan memberikan saran dari peristiwa pada gambar).
- Melalui diskusi kelompok, hasil analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
- Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
- Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa guru menjelaskan materi sesuai tujuan.
- Kesimpulan.
Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penerapan model pembelajaran
example non example dapat
meningkatkan kemampuan menanggapi dan memberikan saran suatu peristiwa pada
siswa kelas V SDN Kawedanan 02 Magetan, adalah sebagai berikut:
ASPEK
|
CARA
MENGUKUR
|
Keaktifan
siswa mengajukan pertanyaan
|
Diamati saat
pembelajaran berlangsung, lembar pengamatan, oleh peneliti. Ditung dari
jumlah siswa bertanya per jumlah keseluruhan siswa
|
Ketepatan
waktu melakukan kegiatan eksplorasi (menganalisis gambar)
|
Diamati
dengan menghitung jumlah siswa yang mampu menjawab.
|
Interaksi
antar siswa pada kegiatan diskusi
|
Diamati
ketika siswa melakukan diskusi, dicatat keterlibatan masing-masing siswa
dalam kelompok.
|
Ketuntasan
hasil belajar
|
Dihitung
dari nilai rata-rata kuiz dan tes blok. Siswa yang memperoleh nilai lebih
besar/sama dengan 70 dinyatakan tuntas.
|
D.
TUJUAN
PENELITIAN
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk:
- Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran example non example untuk meningkatkan kemampuan menanggapi dan memberikan saran suatu peristiwa pada siswa kelas v SDN Kawedanan 02?
- Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menanggapi dan memberikan saran suatu peristiwa dengan model pembelajaran example non example pada siswa kelas V SDN Kawedanan 02?
E.
MANFAAT
PENELITIAN
Manfaat Teoritik: memberikan sumbangan pengetahuan
pada khasanah pengetahuan khususnya dalam bidang pembelajaran Bahasa Indonesia
di SD.
Manfaat
Praktis:
Ø Siswa
: siswa akan lebih aktif dan memahami sehingga kemampuannya menanggapi dan
memberikan saran terhadap suatu peristiwa meningkat.
Ø Guru:
dimungkinkan dapat diterapkan di sekolah yang mempunyai karakteristik sama
Ø Peneliti
lain: dapat menjadi inspirasi yang ingin mendalami persoalan menanggapi dan
memberikan saran pada suatu peristiwa.
BAB
II
KAJIAN
TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Kajian
Teori
1.
Pengertian
Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan
adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental, berfikir, menalar dan
memecahkan masalah. Individu dalam sebagian besar masyarakat menempatkan
kecerdasan, dan untuk alsan tepat pada nilai yang tinggi.
Ada tujuh dimensi yang paling sering disebutkan yang
membentuk kemampuan adalah:
1. Kecerdasan
angka
2. Pemahaman
verbal
3. Kecepatan
persepsi
4. Penalaran
induktif
5. Penalaran
deduktif
6. Visualisassi
spasial
7. Daya
ingat
Kemampuan menurut Chauhan (1978) pada orang dewaasa
menentukan aturan penting dalam perkembangan pribadi dan perilaku mereka.
Kemampuan adalah hal penting untuk mengerti individu dalam menuntun aktivitas
dimasa yang akan datang. Tampubolon (1993) mengemukakan bahwa kemampuan adalah
perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi.
Hal senada juga dikemukakan oleh Sandjaja (2005)
bahwa suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak sangat tergantung sekali oleh
kemampuan seseorang terhadapa aktivitas tersebut, disini nampak bahwa kemampuan
merupakan motivator yang kuat untuk melakukan suatu aktivitas. Ginting (2005)
menjelaskan kemampuan berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan
seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi kemampuan
mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan
menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang.
Hidi dan Derson (Ormrod, 2003) berpendapat kemampuan
adalah bentuk dari motivasi intrinsik. Pengaruh positif kemampuan akan membuat
seseorang tertarik untuk bereksperimen seperti merasakan kesenanga,
kegembiraan, dan kesukaan. Garner (Ormord,2003) menjelaskan bahwa seseorang
yang memiliki kemampuan terhadap apa yang dipelajari dapat mengingatnya dalam
jangka panjang dan menggunakannya kembali sebagai sebuah dasar untuk
pembelajaran dimasa yang akan datang.
2. Menanggapi dan Memberikan Saran
Menanggapi
berasal dari kata dasar tanggap, dimana tanggap dalam kamus besar bahasa
Indonesia diartikan menyambut dan memperhatikan (ucapan, kritik, komentar,
dari orang lain). Sehingga menanggapi merupakan sebuah kata kerja yang
mempunyai arti memberikan perhatian terhadap kritik, komentar atau pun
persetujuan terhadap suatu peristiwa maupun pernyataan dari seseorang.
Jika mendengar suatu pendapat dari seseorang ataupun melihat
peristiwa, kita dapat mengemukakan komentar terhadap topik yang dipersoalkan.
Komentar atau tanggapan yang dikemukakan dapat berupa saran, persetujuan, atau
kritikan. Oleh karena itu, perlu kita ketahui tiga hal berikut ini.
a) Apakah
tanggapan itu mendukung atau menolak topik dalam permasalahan?
b) Berikan
alasan kuat yang disertai bukti dan contoh yang berkaitan dengan penolakan atau
dukungan tersebut.
c) Gunakanlah
bahasa yang santun dan efektif sehingga tanggapan itu mudah
diterima.
Saat
memberikan tanggapan, perhatikan keterkaitan tanggapan yang kamu berikan dengan
keterangan.
Sedangkan
Saran dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah pendapat (usul, anjuran,
cita-cita) yg dikemukakan untuk dipertimbangkan: untuk mengatasi sebuah masalah.
Saran diberikan sebagai solusi dari persoalan yang dihadapi. Memberikan saran
harus dengan bahasa yang santun, tidak menyinggung perasaan, serta pemilihan
diksi yang tepat. Dalam memberikan
saran dapat menggunakan kalimat harapan. Kalimat harapan merupakan
kalimat yang berisi permohonan,
permintaan atau keinginan supaya sesuatu terjadi. Di sini, kamu akan
mempelajari kalimat harapan (semoga dan mudah-mudahan).
3.
Model
pembelajaran example non example
a. Pengertian
Model Example non Example adalah
model pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi
pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis
dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam
contoh-contoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat
menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai
apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis
siswa.
Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga
digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat
perkembangan siswa kelas rendah seperti ;
Ø kemampuan
berbahasa tulis dan lisan,
Ø kemampuan
analisis ringan, dan
Ø kemampuan
berinteraksi dengan siswa lainnya.
Model Pembelajaran Example Non
Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang
paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan
kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga
melihat dengan jelas.
b. Prinsip / ciri-ciri
Model Example
non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar
mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui
dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui
pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and
Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi
konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan
untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri
dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta
siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
Ø Example
memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang
sedang dibahas, sedangkan
Ø non-example
memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang
sedang dibahas.
Metode example
non example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu
konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari
sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example
diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam
mengenai materi yang ada.
c. Kelebihan dan Kekurangan
Menurut
Buehl (1996) keuntungan dari model example
non example antara lain:
o Siswa
berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas
pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
o Siswa
terlibat dalam satu proses discovery
(penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif
melalui pengalaman dari Example non
Example.
o Siswa diberi
sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep
dengan mempertimbangkan bagian non
example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan
suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
o Siswa lebih
kritis dalam menganalisa gambar.
o Siswa
mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
o Siswa diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
o Tidak semua
materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
o Memakan
waktu yang lama.
d.
Langkah-langkah
dalam Penerapan Model Pembelajaran Example
Non Example
Langkah-langkah di dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menanggapi dan memberikan saran suatu
peristiwa dengan model pembelajaran example
non example, sebagai berikut:
a)
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
b)
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan
lewat LCD Proyektor.
c)
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.
d)
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil
diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
e)
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil
diskusinya.
f)
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g) Kesimpulan.
B.
Kerangka
Berpikir
Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka dapat dibangun kerangka
pemikiran sebagai berikut :
1. Model
pembelajaran tradisional yang hanya terpaku pada materi dalam buku paket akan
cenderung membosankan pada siswa, membuat siswa pasif dan berimbas pada
rendahnya kemampuan siswa.
2. Pada
dasarnya siswa SD masih berada pada tahap operasional konkrit, sehingga dalam
belajar memerlukan pembelajaran yang realistik yang dapat mengembangkan
pengalaman siswa.
3.
Siswa SD akan mudah bosan jika penyajian materi
pelajaran Bahasa Indonesia hanya disajikan dalam bentuk tulisan saja.
4.
Model pembelajaran example
non example adalah model pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam
penyampaian materi pembelajaran, sehingga siswa dalam memberikan tanggapan dan
saran pada suatu peristiwa akan lebih aktif karena mereka langsung dapat melihat
peristiwa melalui gambar bukan hanya membayangkan cerita dari guru, dan pada
akhirnya model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menanggapi dan memberikan saran pada suatu peristiwa.
C.
Hipotesis
Tindakan
Berdasar pada latar belakang dan kerangka pikiran di
atas maka dapat dirumuskan sebuah hipotesis sementara sebagai berikut:
“Jika
siswa kelas V SDN Kawedanan 2 Magetan dibelajarkan menanggapi dan memberikan
saran suatu peristiwa dengan model pembelajaran example non example maka kemampuan menanggapi dan memberikan saran
suatu peristiwa akan meningkat”
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Pendekatan
dan Rancangan Penelitian
Penelitian
ini menggunakan rancangan Clasroom Action
Research atau Penelitian tindakan Kelas (PTK). Menurut Suharsini Arikunto
(2007:74) bahwa PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam
siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu,
perencanaan (Plaining), Pelaksanaan (Acting), pengamatan (Adserting), dan refleksi (Reflecting) yang dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar
: Siklus penelitian tindakan kelas (PTK)
Sumber
: Suharsini Arikunto (2007 : 74)
Langkah-langkah
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tahap
perencanaan
Kegiatan yang
dilakukan dalam tahap ini adalah :
a. Melakukan
pengamatan pendahuluan untuk mengetahui kondisi awal dan keadaan kelas
penelitian
b. Menyusun
silabus dan rencana pembelajaran.
c. Menyusun
instrument penelitian.
2. Tahap
pelaksanaan
Tahap ini
merupakan penerapan dari tahap perencanaan yang sesuai dengan skenario atau
rencana pembelajaran.
a. Kegiatan
awal
1. Pendahuluan
2. Memotivasi
siswa dengan member pertanyaan
3. Menyampaikan
tujuan dari kegiatan pembelajaran
b. Kegiatan
Inti
1.
Siswa mendengarkan informasi dari materi
yang disamapikan oleh guru
2. Siswa
dibagi dalam beberapa kelompok.
3.
Siswa memperhatikan gambar-gambar yang
disajikan guru melalui LCD proyektor
4. Siswa
mendengarkan petunjukuk dari guru dan siswa diberi kesempatan untuk
memperhatikan/ menganalisa (menanggapi dan memberikan saran dari peristiwa pada
gambar).
5. Melalui
diskusi kelompok, siswa mencatat hasil analisa gambar tersebut pada kertas
6. Tiap
perwakilan kelompok membacakan hasil
diskusi dan guru memberikan pendekatan pada setiap hasil dikusi yang
dipresentasikan oleh tiap-tiap kelompok.
7.
Bertanya
jawab, meluruskan kesalahan pemahaman dan penyimpulan tentang hasil diskusi
yang telah dilakukan
c. Kegiatan
penutup
1. Siswa
menyimpulkan materi yang dipelajari hari ini
2. Siswa
mengerjakan soal evaluasi
3.
Siswa menyampaikan kesan tentang
pembelajaran hari ini
4. Tindak
Lanjut
3. Tahap
Pengamatan
Dalam tahap ini
guru dan observer yang dilakukan secara kolaborasi. Guru melakukan pengamatan
dan pengambilan data dari sikap siswa dan kegiatan guru dalam KBM
5. Tahap
Refleksi
Dalam hal ini
observer bersama guru melakukan evaluasi pada semua tindakan selama proses
pembelajaraan yaitu mengadakan kegiatan menganalisis dan menyimpulkan data yang
sudah diperoleh. Hasilnya dari refleksi ini digunakan melakukan perbaikan pada
siklus selanjutnya.
6. Siklus
II
Pelaksanaan
siklus II pada prinsipnya sama dengan siklus I, dengan beberapa perubahan
berdasarkan analisis refleksi pada siklus I, dengan harapan pada siklus II akan
lebih baik.
A.
Latar
dan Subjek Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SDN Kawedanan 2 yang beralamatkan di Jl. Raya Bayangkara
Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan, dengan subjek siswa kelas V SDN
Kawedanan 2 tahun Pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian ini berjumlah 47 siswa
yang terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.
B.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan
menggunakan teknik:
1. Pengamatan
atau Observasi
Pengamatan
merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan
penelitian secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Arikunto, 2001).
Teknik observasi ini digunkan untuk mengamati gejala-gejala yang tampak dalam
proses pembelajaran, yaitu tentang keaktifan siswa bertanya, kemauan siswa
menanggapi pertanyaan teman sekelasnya, keterlibatan siswa, mengamati kemampuan
siswa dalam menganalisis gambar untuk menanggapi dan memberi saran, mengamati
proses kerja dalam diskusi, mengamati hasil diskusi serta merekam ucapan-ucapan
siswa ketika bertanya, menjawab, menanggapi dan memberi saran serta
berargumentasi dalam proses pembelajaran.
2. Wawancara
Wawancara
adalah suatu cara untuk memperoleh jawaban atau informasi dari responden atau
subjek dengan jalan tanya jawab sepihak (Arikunto, 2001). Wawancara secara
mendalam dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sebanyak mungkin dan
sejelas mungkin dari siswa, yaitu tentang kesan siswa ketika diajar dengan
model pembelajaran example non example,
selain itu juga untuk mengungkap kesulitan-kesulitan belajar dalam menanggapi
dan memberikan saran suatu peristiwa.
3. Dokumentasi
Dokumen
atau record diartikan sebagai setiap pernyataan tertulis yang disusun
oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau
penyajian akunting. Dokumen digunakan untuk mendokumentasikan data tentang
pembelajaran yang menggambarkan langkah-langkah kongkrit yang dipraktikkan
peneliti dalam proses pembelajaran.
4. Tes
Tes digunakan untuk mengumpulkan
data tentang kemampuan siswa mengerjakan soal-soal tes untuk menanggapi dan
memberikan saran suatu peristiwa.
C. Instrumen Penelitian
Dalam
penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian pada dasarnya adalah peneliti
sendiri. Peneliti menjadi instrumen penelitian karena dalam proses pengumpulan
data itulah peneliti akan melakukan adaptasi secara aktif sesuai dengan keadaan
yang dihadapi peneliti ketika berhadapan dengan subjek penelitian. Peneliti dapat
saja mengubah pertanyaan, memperdalam pertanyaan dan menggambarkan pertanyaan
dari pedoman wawancara yang telah disusun kalau memang adaptasi tersebut
dipandang perlu dilakukan. Peneliti akan mengumpulkan data yang berupa dokumen
sesuai pedoman dokumentasi dan sangat mungkin juga menambah dafter dokumen yang
akan dikumpulkan pada saat itu juga ketika melakukan proses dokumentasi.
Meskipun
peneliti berperan sebagai instrumen penelitian yang dapat melakukan adaptasi
aktif terhadap keadaan subjek dan fokus penelitian, namun untuk menjaga fokus
masalah penelitian maka peneliti juga menggunakan instrumen penelitian yang
berupa: pedoman observasi, wawancara, dokumentasi, dan soal tes.
D. Teknik Analisis Data
Data
yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif
kualitatif. Data yang akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif adalah data
tentang kemampuan siswa menanggapi dan memberikan saran suatu peristiwa
dinyatakan dengan nilai (score).
Data
kualitatif berupa catatan pengamatan, dokumen fortopolio, dokumen foto, dan
rekaman wawancara akan dianalisis secara kualitatif dengan tahapan: pemaparan
data, penyederhanaan data, pengelompokkan data sesuai fokus masalah, dan
pemaknaan.
E.
Jadwal
Penelitian
No
|
Jenis
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||||||||
September
|
Oktober
|
Nopember
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Pengajuan
Judul
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pengajuan
Proposal
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Penyusunan
Bab I
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Penyusunan
Bab II
|
|
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penyusunan
Bab III
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
x
|
|
|
|
|
6
|
Pelaksanaan
Siklus I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
A. Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
B. Tindakan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
C. Observasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
|
D. Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
7
|
Pelaksanaan
Siklus II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
A. Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
B. Tindakan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
C. Observasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
|
D. Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
|
|
8
|
Penyusunan
laporan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
x
|
Daftar
Pustaka
Anita Lie.2008. Cooperative
Learning. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana.
Drs. Ibadullah Malawi, dkk.2012.Penelitian Tindakan Kelas.Madiun: IKIP PGRI Madiun
Prof.
Dr. Hamzah B.Uno,M.Pd.2007.Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif.Jakarta:Bumi Aksara.
Robert
E. Slavin.2008. Cooperative Learning Teori,Riset dan Praktik.Bandung: Nusa
Media.
Suharsini
Arikunto.2008.Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research-CAR).Jakarta:Bumi
Aksara.
http://sirakbarkurniawan.blogspot.com/2011/01/penerapan-metode-pembelajaran-examples_15.html,
diakses pada tanggal 30 Nopember 2012
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaran-example-non-example.html,
diakses pada tanggal 30 Nopember 2012
http://ebookbrowse.com/pengertian-model-pembelajaran-example-non-examples-menurut-para-ahli-di-dalam-skripsi-pdf-d341928439,
diakses pada tanggal 30 Nopember 2012
http://pasca.uns.ac.id/?p=2729,
diakses pada tanggal 30 Nopember 2012
http://infopendidikankita.blogspot.com/2009/12/karakteristik-perkembangan-anak-usia.html,
diakses pada tanggal 30 Nopember 2012
Langganan:
Postingan (Atom)